Motivasi Memberi Sedekah

18
May

Matius 6:1-4

Dalam kehidupan nyata, tak sedikit orang yang memakai topeng, berpura-pura menjadi orang lain, untuk kepentingan tertentu. Namun, akan merasa hidup menjadi lebih ringan jika kita sama luar dan dalam.

Apakah motivasi kita apabila kita memberi sedekah ?
1. Tidak mencari popularitas dan pujian orang (ay.1-2)
Perintah Tuhan untuk menolong orang-orang miskin tertulis di dalam kitab Ulangan 15:7-11 adalah murni untuk membantu saudara-saudaranya yang miskin sebagai bentuk kasih mereka kepada Tuhan dan sesamanya, dan Tuhan berjanji memberkati pekerjaan dan usaha mereka. Namun, pada zaman Tuhan Yesus terjadi pergeseran dari motivasi yang memuliakan Tuhan menjadi pamer. Oleh sebab itu, Tuhan Yesus mengkritik motivasi para pemimpin agama dan orang Yahudi yang sudah tidak murni memberi sedekah.
Di ayat kedua kata “mencanangkan” berarti terjemahan dari bahasa Inggris ke Indonesia adalah “janganlah mengumumkannya dengan terompet.” Tindakan memberi sedekah seperti itu disebut sebagai tindakan ‘orang munafik’ (ay 2). ‘Orang munafik’ dalam bahasa Yunani berarti aktor atau pemain sandiwara. Seorang pemain sandiwara bisa berpura-pura berperan seperti karakter orang lain. Orang munafik kelihatannya menolong orang lain, tetapi tujuan mereka adalah mencari popularitas dan dipuji orang. Yesus berkata: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
Persembahan atau sedekah adalah ucapan syukur kita kepada Tuhan atas berkat yang kita terima dari Tuhan melalui usaha kita. Karena itu, jangan memberikan sedekah atau persembahan dari hutang apalagi uang hasil korupsi. Persembahan juga bukan ajang bergengsi untuk mendapatkan penghormatan dari gereja. Berikanlah persembahan atau sedekah dengan ketulusan hati.
Apakah motivasi kita apabila kita memberi sedekah supaya berkenan kepada Bapa?
2. Tidak mengingat-ingat kebaikan diri sendiri (ay.3-4)
Istilah ” tangan kiri ” adalah anggota tubuh itu sendiri. Hal ini berarti bukan saja terhadap orang yang dekat tidak boleh pamer, tetapi terhadap diri sendiripun tak boleh pamer. Pamer terhadap diri sendiri bisa dilakukan dengan mengingat-ingat kebaikan yang pernah dilakukan lalu memuji diri sendiri dan sebagainya. Tuhan Yesus pernah memberi perumpamaan tentang orang Farisi dan pemungut cukai di dalam Injil Lukas 18:12. Si Farisi ini mengingat-ingat kebaikan dirinya bahkan membanding-bandingkan kebaikan dirinya dengan si pemungut cukai. Orang yang mau menonjolkan diri dan mengharapkan penghargaan dari manusia karena pemberiannya akan kehilangan berkat ilahi.
Tuhan Yesus berkata,”Apa yang diperbuat tangan kananmu, jangan diketahui tangan kirimu? Apa maksud Tuhan Yesus? Kita tidak boleh membiarkan orang lain, orang yang berdiri sangat dekat di sebelah kiri kita tahu dan menyebarluaskan kabar tentang perbuatan kita membantu orang lain berlanjut ke mana- mana. Kalau seseorang memberi sedekah secara tersembunyi (bukan untuk pamer), maka ia akan mendapat upah Allah.
Memberi dengan sembunyi berarti terbuka kesempatan kita membantu orang lain tanpa membedakan suku atau agamanya. Sikap memberi dengan rendah hati menjadi kunci untuk mengerti kasih Allah yang memberkati. Ketika kita tidak memperhatikan dan mengingat-ingat perbuatan kebaikan kita, Allah justru sangat memperhatikan dan membalas kebaikan kita. Amin !

( Ev. Gunaelson )

Leave a Comment