Jangan Bodoh, Jangan Sesat!

28
Apr

Ev. Ng Ellen Maleaki

“Jangan Bodoh, Jangan Sesat!”

I Tawarikh 10:13-14
(13) Demikianlah Saul mati karena perbuatannya yang tidak setia terhadap TUHAN, oleh karena ia tidak berpegang pada firman TUHAN, dan juga karena ia telah meminta petunjuk dari arwah,
(14) dan tidak meminta petunjuk TUHAN. Sebab itu TUHAN membunuh dia dan menyerahkan jabatan raja itu kepada Daud bin Isai.

Saul dan anak-anaknya berada di dalam medan pertempuran melawan Filistin yang kejam. Itu benar-benar pertempuran yang berat bagi Saul. Ia dan
dan pasukan Israel dipukul mundur dengan mudahnya. Orang Filistin membunuh ketiga puteranya, salah satunýa adalah Yonatan, sahabat Daud. Kemudian para pemanah langsung menyerang Saul sehingga ia terluka parah. Saul tidak dapat melarikan diri; ia sudah sekarat. Panah-panah orang Filistin menembus tubuhnya. Putera-puteranya terbaring mati di sampingnya. Sungguh sebuah pemandangan yang menyedihkan.

Dalam keadaan setengah mati, ia menyuruh pembawa senjatanya, yang tetap setia di sisinya, “Hunuslah pedangmu dan bunuhlah aku.” la tidak mau menanggung penghinaan akhir jika orang Filistin yang dibenci itu mempermainkan tubuhnya dan menertawakan dirinya yang sedang sekarat. Ia akhirnya tewas dengan mengenaskan, kepalanya dipancung dan dipamerkan pada tembok-tembok kota.

Charles R.Swindoll mengatakan,mungkin kalimat yang tepat bagi batu nisan Saul adalah akhir dari perkataannya sendiri,yang tercatat di I Samuel 26:21: “Aku telah berbuat dosa, pulanglah, anakku Daud, sebab aku tidak akan berbuat jahat lagi kepadamu, karena nyawaku pada hari ini berharga di matamu. Sesungguhnya, perbuatanku itu bodoh dan aku sesat sama sekali.”
Betapa tepatnya kalimat ini menjelaskan kehidupan Saul.

Dari bahu ke atas, Saul lebih tinggi dari pria manapun di Israel. Ia tampan, gagah perkasa dan memikat hati sehingga Israel memilih dan mengurapinya menjadi raja atas mereka. Ia terpilih sebagai raja pertama Israel. Bak mentari bersinar cemerlang, demikianlah seharusnya karir Saul sebagai raja pertama di Israel. Namun, ia memilih perbuatan yang bodoh dan menjadi sesat sama sekali. Saul berani mengabaikan perintah Allah dan lebih menuruti perintah hatinya. Saul membiarkan dirinya dikuasai kecemburuan yang mendalam, sehingga separuh hidupnya dihabiskan untuk membenci dan mengejar Daud. Saul juga menjadi begitu sesat sehingga alih-alih mencari petunjuk Allah, ia malah mencari pertolongan dari arwah.

Saul memilih untuk menjalani kehidupan yang bodoh dan sesat, karena itu Allah menolaknya, Allah meninggalkannya. Tulisan menyedihkan pun dibubuhkan di atas batu nisan Saul, meringkaskan akhir hidup yang tragis dari seorang pria yang pernah dipuja-puja.

Berkaca dari kehidupan Saul, bagaimana dengan diri kita saat ini? Apakah juga ada pilihan-pilihan yang bodoh dan sesat di dalam diri kita tatkala menjalani kehidupan ini? Adakah pengabaian alih-alih ketaatan terhadap perintah dan kehendak Allah di dalam hidup sehari-hari kita?
Sungguh, kita perlu berhati-hati. Mari jalani kehidupan ini dengan keyakinan penuh bahwa Allah ada dan Ia menuntut kehidupan yang terbaik dari anak-anak-Nya.

Kiranya Allah menolong kita semua. Hanya melalui pertolongan-Nya kita dapat menjalani hidup ini tidak dengan pilihan-pilihan yang bodoh dan sesat, sehingga tulisan di batu nisan kita bukanlah tulisan yang menyedihkan tetapi tulisan yang memuliakan nama-Nya.