Ketika Tuhan Berkata Tidak

03
Dec

“Ketika Tuhan Berkata Tidak”
2 Korintus 12:7-10

Tidak ada seorang pun yang ingin mendengar jawaban ‘tidak’ atas permintaan dan permohonannya. Bahkan terhadap Tuhan sekalipun, kita senantiasa berharap Tuhan akan menjawab ‘ya’ atas semua doa dan permohonan kita.

Namun, tentu saja tidak bisa demikian.
Baik terhadap manusia, baik terhadap Tuhan, kita berpotensi mendapatkan jawaban tidak. Saudara dan saya tentu pernah mengalaminya. Terhadap penolakan tersebut muncul beragam reaksi negatif, seperti kekecewaan, kesedihan, kebingungan, kemarahan, menolak untuk menerima, putus asa dan kehilangan harapan.

Paulus, Pelayan Tuhan yang luar biasa pun pernah mengalaminya.
Di dalam suratnya kepada jemaat di Korintus, ia memberikan kesaksian bahwa doa dan permohonan terdalamnya pernah ditolak oleh Tuhan. Paulus telah tiga kali memohon kepada Tuhan agar dilepaskan dari ‘duri dalam daging’ yang sangat menyusahkannya.
Muncul banyak tafsiran untuk menemukan ‘duri dalam daging’.
Ada yang mengatakan Paulus mengidap sakit penyakit yang menyusahkannya, ada yang mengatakan pelayanan yang berat yang diizinkan Tuhan. Namun apapun persisnya, jawaban Tuhan baginya adalah tidak.

9a) Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.”

*Ada beberapa hal yang dapat kita pelajari dari penolakan Tuhan terhadap doa Paulus:”

  1. Menghindarkan kita dari Dosa Kesombongan.
    Paulus memiliki sangat banyak alasan untuk jatuh dalam kesombongan. Dia melayani Tuhan dengan mati-matian (11:23-28), memiliki pengalaman rohani yang luar biasa (12:1-7), dll. Paulus berpotensi untuk terjerumus dalam kesombongan. Karena itu, Tuhan mengizinkan ‘duri dalam daging’ menetap dalam kehidupannya sebagai pengingat yang konstan baginya bahwa ia sebetulnya dikelilingi oleh banyak kelemahan dan keterbatasan.

Seperti Paulus, kita pun berpotensi menjadi sombong dan lupa kepada Tuhan. Ketika kita mengalami penolakan Tuhan, mari tenang dan periksa bagian-bagian hidup kita, bisa jadi Tuhan sedang menghindarkan kita dari dosa dengan tetap mengizinkan ‘duri dalam daging’ itu menetap pada kita.

  1. Menyadarkan kita akan Kasih Karunia Tuhan.
    Tuhan menyadarkan konsep kasih karunia yang benar kepada Paulus. Tuhan ingin Paulus memahami anugrah yang diberikan Tuhan kepadanya ‘sudah cukup’ dan ia tidak berhak menuntut lebih daripada itu.

Kita pun perlu menyadari konsep ini. Anugrah bukanlah jatah. Kasih karunia Allah memang sempurna dan melimpah bagi semua orang. Namun, hal ini tidak berarti bahwa Tuhan harus memberikan semuanya kepada semua orang. Di dalam kedaulatan-Nya, Tuhan bebas menentukan siapa yang akan menerima anugerah-Nya. Dia juga berhak menentukan seberapa banyak anugerah yang akan diterima oleh seseorang.

  1. Memberikan kita Pengalaman ditopang Tuhan.
    Paulus melanjutkan kesaksiannya: “…, sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku” (Ay. 9b).

Paulus sedang berbicara mengenai pemahaman dan pengalamannya terhadap kuasa Allah. Paulus sadar kuasa Allah baginya pasti sempurna. Dengan kuasa itu Dia menciptakan segala sesuatu. Tidak ada yang mustahil bagi Dia. Walaupun demikian, tidak semua orang akan mengalami kuasa itu dalam taraf yang sama. Bahkan mereka yang mengalaminya pun belum tentu menghargai kuasa itu dengan cara yang sama. Diperlukan kesadaran tentang kelemahan kita supaya kita dapat menghargai kekuatan Allah. Semakin besar kesadaran kita tentang kelemahan kita, semakin besar kesadaran kita tentang kekuatan Allah dalam hidup kita.

Saudaraku, ketika Allah menjawab ‘tidak’ pada doa kita, yakinlah Dia sedang mempersiapkan sesuatu yang lebih baik daripada yang kita doakan. Doa yang tidak terkabulkan bukanlah bukti bahwa Allah tidak mengasihi kita. Justru sebaliknya, Dia sangat mengasihi kita. Tuhan tidak ingin memberikan apa yang kurang baik kepada kita, karena itulah ada kalanya Tuhan menjawab ‘tidak’. Sebagai ganti yang kurang baik itu, yakinlah Tuhan sudah menyiapkan yang terbaik bagimu, amin.