Jiwa Yang Rindu Kepada Allah

06
Apr

Mazmur 42

Mazmur 42 ditulis dengan maksud untuk mengangkat keluar sebuah kondisi atau keadaan sulit yang dialami si pemazmur. Pemazmur sedang mengalami masalah demi masalah yang beruntun dan bertubi-tubi sehingga menjadi tekanan berat dalam jiwanya dan sangat menggelisahkan dirinya.

Ayat 6, 12 dan 43:5 Pemazmur berseru : Mengapa engkau tertekan, hai jiwaku dan gelisah di dalam diriku ?

Seringkali kita berpikir bahwa hanya manusia biasa saja yang memiliki masalah. Kalau tokoh Alkitab atau orang beriman akan selalu terhindar dari masalah.

Kalau kita masih berpikir demikian, maka kita sudah salah paham.

Dalam pergumulannya, Pemazmur berkata:

Air mataku menjadi makananku siang dan malam, karena sepanjang hari orang berkata kepadaku : “Di mana Allahmu ?”

Aku berkata kepada Allah, gunung batuku : “Mengapa Engkau melupakan aku ? Mengapa aku harus hidup berkabung di bawah impitan musuh ?”

Seperti tikaman maut ke dalam tulangku lawanku mencela aku, sambil berkata kepadaku sepanjang hari: “Di mana Allahmu ?”

Setiap manusia punya masalah. Namun di saat menghadapi masalah, manusia memiliki 2 sikap yang berbeda :

  1. Dia semakin mendekat kepada Tuhan (masalah membuatnya berdoa).

  2. Dia semakin menjauh dari Tuhan (marah, tidak mau lagi ke gereja, tidak lagi mau berdoa).

Salah satu cara untuk mengenal hati dan iman seseorang adalah dengan melihat bagaimana sikapnya di saat dia sedang menghadapi sebuah masalah.

Bagaimana sikap pemazmur ditengah-tengah pergumulan hidupnya?

  1. Prinsip tentang Mazmur 42
    1. Pemazmur memiliki Jiwa yang haus kepada Tuhan. (ayat 3). Manusia hidup membutuhkan air lebih dari membutuhkan makanan. Manusia yang tidak minum lebih cepat mati dibanding yang tidak makan. Seperti rusa rindukan sungai berair, tanpa air rusa mati. Kita seperti rusa, air itu Tuhan sendiri. Mazmur mengatakan Tuhan penting sekali dalam hidup kita. Tanpa Tuhan kita mati. Tuhan adalah hidup atau matinya kita. Tuhan adalah kebutuhan kita yang paling besar.

    2. Pemazmur jujur mengakui kelemahannya. Dia berkata: Jiwaku tertekan dalam diriku (ayat 7). Daud hidup luar biasa sukses. Ia punya segala sesuatu. Ia seorang pemimpin negara, berkuasa dan kaya raya, tetapi Daud merasa kekosongan dalam dirinya. Daud tertekan jiwanya tetapi ia berani mengatakan, “Tuhan jiwaku tertekan”.

  2. Berharap kepada Tuhan (ayat 6 dan 12).

Berharap kepada Tuhan berarti hidup bergantung kepada Tuhan dan percaya kepada Tuhan. Tuhan menjadi sumber utama / prioritas utama tempat kita memperoleh pertolongan.

Iman tidak meniadakan masalah. Iman akan selalu berjalan beriringan dengan masalah. Waktu kita beriman, bukan berarti masalah berkurang sedikit demi sedikit. Namun ketahuilah bahwa iman itu akan mengalahkan setiap masalah itu. Sebagai orang beriman jangan takut dengan yang namanya masalah. Amin !

( Pdt. Char Ley Bun )

Leave a Comment