Layakkah Kita Angkuh?

26
Jul

Layakkah Kita Angkuh?
Nats: Yesaya 16:6, 14

Pdt. Em. Kukuh S

Nabi Yesaya dalam kitabnya memberitakan tentang keagungan Allah Yang Mahakuasa Pencipta langit dan bumi di sisi lain Yesaya juga memberitakan betapa kecilnya bangsa-bangsa di dunia seperti setitik air dalam timba dan dianggap seperti sebuti debu pada neraca. Begitu kecilnya manusia bahkan mereka dianggap seperti tidak ada di hadapan-Nya (Yesaya 40: 15, 17).

Dengan melihat kebesaran Allah yang luar biasa itu seharusnya bangsa-bangsa di dunia menundukkan diri di hadapan Allah dengan penuh hormat dan pengagungan. Menyadari betapa kecil dan betapa kita tidak ada satupun patut dibanggakan sebab segala sesuatu adalah dari Dia.

Namun dalam pasal 16:6,14 Yesaya menubuatkan hukuman bangsa Moab karena keangkuhannya; “Kami telah mendengar tentang keangkuhan Moab alangkah dia dan tentang kecongkakannya dan keangkuhannya.” Sungguh tidak disangka dan diduga bahwa di tengah keagungan dan kebesaran Allah Sang Pencipta, masih ada bangsa yang terang-terangan berani bersikap angkuh, membanggakan diri, merasa hebat, besar, megah di hadapan Allah.

Bangsa Moab tidak menyadari betapa keangkuhan dibenci Allah dan keangkuhan mendatangkan kehancuran kepada pelakunya sebab Allah menentang orang-orang yang congkak dan mengasihi orang-orang yang rendah hati (Amsal 18:12, Yakobus 4:6).

Di dalam Alkitab banyak contoh lain tentang keangkuhan, misalnya Raja Nebukadnezar, Raja Herodes, Lucifer (iblis) oleh karena keangkuhannya maka Allah menghukum mereka.

Apakah artinya angkuh? Keangkuhan atau kesombongan atau kecongkakan adalah sikap merasa diri lebih dari orang lain. Keangkuhan bisa bermacam-macam bentuknya, misalnya; kekayaan, kepandaian, keberhasilan, jabatan, talenta, penampilan, kerohanian. Semua ini bisa membawa orang orang bersikap angkuh dan terlebih lagi tidak lagi hidup bergantung pada Allah karena merasa diri sudah mampu, sudah bisa, sudah cukup beriman.

Sebagai orang percaya marilah kita menyadari bahwa hidup ini adalah semata-mata anugerah Allah, segala sesuatu berasal dari Allah dan mengakui bahwa kita adalah orang berdosa yang tidak layak di hadapan Allah dan hanya oleh kemurahan-Nya kita bisa ini dan itu, sehingga kita tidak jatuh dalam keangkuhan. Segala Puji dan Kemuliaan bagi Allah.