Yesus Penyembuhku

08
Apr

Yesus Penyembuhku

Matius 8:1-4

Matius 8:2-3 – Maka datanglah seorang yang sakit kusta kepada-Nya, lalu sujud menyembah Dia dan berkata: ”Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Lalu Yesus mengulurkan tangan-Nya, menjamah orang itu dan berkata “Aku mau, jadilah engkau tahir.” Seketika itu juga tahirlah orang itu dari pada kustanya.

Seorang warga Turki harus menjalani isolasi mandiri yang sangat lama, sekitar setahun. Hal ini dikarenakan tes covid yang ia lakukan berulang kali menunjukan hasil positif. Tidak terbayang bagaimana jenuhnya dia berada di rumah sendirian. Isolasi mandiri jelas bukan sesuatu yang mengenakkan karena hal ini membuat kita terasingkan dari masyarakat. Kita tidak bisa leluasa untuk berinteraksi dengan orang lain.

Hal ini pula yang mungkin dirasakan oleh orang yang sakit kusta dalam perikop yang Firman Tuhan hari ini. Dalam masyarakat Yahudi, para penderita kusta ini terasingkan dari kumpulan masyarkat karena penderita kusta dianggap najis. Jelas menjadi penderitaan yang luar biasa bagi mereka, karena selain terkena sakit yang parah, mereka juga ditolak masyarakat. Oleh sebab itu ia sangat membutuhkan pertolongan dan akhirnya ia datang pada Yesus. Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari sikap orang kusta ini dalam memohon pertolongan.

Pertama, ia datang kepada Yesus dan sujud menyembah-Nya. Ini menunjukkan pengakuaannya bahwa Yesus adalah Tuhan. Ia tidak melihat Yesus sebagai sosok seperti orang-orang biasa lainnya. Ia percaya bahwa Yesus adalah Tuhan yang berkuasa. Sehingga ia memohon bukan dengan paksaan kepada Yesus, namun ia dengan merendahkan diri datang pada Yesus. Demikian pula seharusnya sikap kita pada Yesus. Dia bukanlah Pribadi yang dengan mudah kita perintahkan untuk mengabulkan keinginan kita. Yesus adalah Tuhan. Kita harus memiliki sikap hormat saat datang kepada-Nya. Yesus adalah Tuhan yang patut disembah oleh semua orang.

Kedua, orang kusta ini berserah pada kehendak Tuhan. Ia berkata “Tuan, jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Ia tidak menuntut untuk disembuhkan, namun ia percaya kuasa Tuhan sanggup menyembuhkannya. Kita belajar juga bahwa di saat kita menaikkan permohonan kita, janganlah kita memaksakan kehendak kita. Namun kita harus siap menerima jawaban dari Tuhan. Kita sadar bahwa Tuhan berdaulat atas dunia ini dan atas hidup kita. Kita percaya bahwa Tuhan pasti memberikan yang terbaik bagi kita. Dia yang paling tahu tentang masa depan, tentang diri kita.

Marilah kita dengan penuh kerendahan hati, membawa segala pergumulan sakit-penyakit kita pada Kristus. Dia tidak pernah menolak kita, seperti yang dialami orang kusta ini. Walaupun orang-orang lain menolaknya, namun Kristus menerima Dia. Kristus menerima kita bagaimanapun kondisi hidup kita. Dan Dia sanggup menyembuhkan segala sakit-penyakit kita, memberikan jalan keluar bagi pergumulan kita. Marilah kita mengandalkan Dia sebagai satu-satunya sumber pertolongan kita. Amin.