Yesus, Gembalaku yang Baik

25
Apr

Yesus, Gembalaku yang Baik
(Lukas 15:4-7)

Tuhan Yesus menggambarkan diri-Nya sebagai “Gembala yang Baik.” Gambaran tentang Allah sebagai Gembala sebenarnya sudah ada sejak Perjanjian Lama. Misalnya, ketika Dia menuntun umat-Nya keluar dari Mesir (Kel. 15:13) dan dari Pembuangan di Babel (Mzm. 44:12-24).
Kemudian, kita tentu sudah sangat mengenal Mazmur 23. Di situ Tuhan digambarkan sedang membaringkan kita di padang yang berumput hijau, membimbing kita ke air yang tenang, menuntun kita di jalan yang benar” Seperti seorang gembala menjaga domba-dombanya, Allah juga menjaga anak-anak-Nya.
Tetapi, Tuhan Yesus menyatakan hal yang lebih besar lagi. Dia sangat mengasihi domba-domba-Nya karena mereka adalah kepunyaan-Nya. Apapun akan Dia lakukan demi mereka. Bahkan, rela memberikan nyawa-Nya demi menyelamatkan mereka. Itulah sebabnya, Tuhan Yesus mengumpamakan diri-Nya sebagai Gembala yang Baik yang rela dan segera mencari domba-domba yang terhilang, bahkan ketika hanya satu saja domba yang hilang, Yesus tidak tinggal diam dan berpuas dengan 99 domba lainnya, tetapi Ia pergi mencari dan menyelamatkan satu domba tersesat itu.

Lukas 15:4-7
4) “Siapakah di antara kamu yang mempunyai seratus ekor domba, dan jikalau ia kehilangan seekor di antaranya, tidak meninggalkan yang sembilan puluh sembilan ekor di padang gurun dan pergi mencari yang sesat itu sampai ia menemukannya?
5) Dan kalau ia telah menemukannya, ia meletakkannya di atas bahunya dengan gembira,
6) dan setibanya di rumah ia memanggil sahabat-sahabat dan tetangga-tetangganya serta berkata kepada mereka:
Bersukacitalah bersama-sama dengan aku, sebab dombaku yang hilang itu telah kutemukan.
7) Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan.”

Konsep Allah yang mengasihi umat-Nya sebenarnya umum dijumpai dalam berbagai konsep agama dan kepercayaan di dunia. Tetapi, konsep Allah yang mengasihi umat-Nya, ketika mereka masih berdosa (Rm. 5:8), dan bahkan memberikan Anak-Nya yang tunggal demi menebus dosa mereka, hanya dinyatakan dalam Alkitab.
Apa yang dilakukan Kristus menunjukkan Allah kita adalah Allah yang memiliki kasih yang berkorban, tanpa syarat, dan tak terbatas. Inilah keunikan Kekristenan, yang berpusat pada relasi antara Allah dengan umat-Nya, dan bukannya pada usaha manusia supaya layak diterima Allah.

Dengan pemahaman ini, umat Tuhan, kawanan domba kepunyaan Allah seharusnya memperjuangkan 2 (dua) hal di dalam perjalanan spiritualnya:

Pertama, berhenti menjadi domba yang tersesat.
Telah berulang kali firman-Nya memberitahukan kepada kita jika Yesus adalah gembala yang baik yang sangat kehilangan ketika kita menjauh dari-Nya. Gembala yang baik ini akan sangat terluka ketika kita memberontak dan memilih menjadi seteru-Nya.
Tetapi sepedih-pedih-Nya hati-Nya, Gembala yang baik ini akan mencari segera mencari dan terus mencari domba-Nya yang hilang, dan begitu Ia menemukannya, Ia akan memeluk dan membawa kita pulang dan merayakan kepulangan kita dengan penuh sorak-sorai.
Terhadap Allah yang sedemikian baik dan mengasihi anak-anak-Nya, mengapa masih memilih untuk ingin menjauh dan melawan Allah dengan kebebalan?
Marilah berhenti mendukakan hati Gembala kita yang baik.

Kedua, bawa domba yang tersesat kepada Gembala yang baik.

Firman-Nya memberitahukan kita betapa Allah bersukacita merayakan pertobatan pendosa, bahkan terhadap satu pertobatan saja, dikatakan Surga bersorak menyambut kepulangannya.
Bukankah kebenaran ini seharusnya mendorong kita untuk semakin rindu menjadi rekan sekerja Allah untuk memenangkan jiwa-jiwa yang masih terhilang di luar sana? Mari bawa domba tersesat kepada-Nya.

“Akulah Gembala yang baik, yang mengasihimu dulu, sekarang dan selamanya. Tetaplah di dalam Aku.” – Yesus Kristus