Punya Pakaian Pesta?

29
Jun

Punya Pakaian Pesta?
Matius 22:12

“Huftt, gak punya baju nih, buat datang weddingan besok!” keluh Nia, sambil menatap lemari baju yang ada di hadapannya. “Nia, nda punya baju gimana? Itu baju-bajumu segitu banyak, sudah bisa buat buka toko baju,” sahut mamanya Nia. “Tapi ini pesta spesial ma, harus pake baju yang spesial,” Nia tidak habis alasan.

Bapak Ibu Saudara (BIS), setiap kita yang akan menghadiri undangan pesta, pasti selalu ingin mengenakan baju yang indah bukan? Bukan hanya supaya terlihat lebih cantik; Busana yang kita kenakan, sewaktu menghadiri acara pernikahan, menjadi cerminan dari seberapa kita ‘menghargai’ si empunya acara.

Di dalam Matius 22, ‘perumpamaan tentang perjamuan kawin,’ dikisahkan ada tamu yang datang dengan tidak pakai baju pesta (ay. 12). Dari perspektif budaya (kebiasaan orang Israel) pada waktu itu, pembesar yang menyelenggarakan pesta biasanya menyediakan jubah untuk dikenakan para tamu di pintu gerbang masuk tempat pesta itu dilangsungkan. Jika ada tamu yang masih saja masuk pesta dengan baju tidak pantas, berarti dia sengaja menyelinap untuk menghina tuan rumah yang menyelenggarakan pesta.

Kedua, pakaian juga melambangkan pertobatan sejati (Why. 3:5; bnd. Gal. 2:20). Sehingga, dari perspektif teologis, dapat kita simpulkan bahwa orang itu menjadi perumpamaan bagi orang yang belum sungguh-sungguh percaya. Itulah sebabnya hukuman yang diberikan kepada orang ini sangat berat. Dia diikat tangan dan kakinya dan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap (ay. 13).

BIS, TUHAN sedang memanggil kita untuk mengikuti Dia ke dalam perayaan pernikahan Anak-Nya (Why. 19:7). Tuhan memanggil kita untuk bersama-sama dengan Dia berada dalam keadaan sukacita dan penuh dengan perayaan.

Pertanyaan untuk direnungkan: adahkah kita merespons undangan spesial ini? Dan, sudahkah kita menyiapkan pakaian pesta kita? Jika sudah, mari, saatnya kita berpesta bersama dalam Kerajaan Sorga!