Menyerah, Terserah, Berserah

07
Sep

“Menyerah, Terserah, Berserah”

“Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.”
(Amsal 24:10)

IMPALA, sejenis Antelop di Afrika. Banyak menghuni daerah stepa di bagian selatan Gurun Sahara. Impala adalah binatang pelari yang cepat dan mempunyai kemampuan melompah sejauh 9 meter dan dapat melompat setinggi 3 meter. Ukuran panjang tubuh Impala jantan berkisar 120-160 cm. Tingginya sekitar 75-92 cm. Namun ironisnya, Impala kehilangan potensi melompatnya apabila ditempatkan dilahan yang dikelilingi dinding walau hanya setinggi 1-1,5 meter. MENGAPA? Karena Impala tidak akan melompat apabila ia tidak melihat tempat ia mendarat.

Sama halnya orang yang dikelilingi “dinding” masalah atau penderitaan. Masalah atau penderitaan dapat melumpuhkan potensi dalam dirinya. Jika potensi dalam dirinya lumpuh dan kalau dibiarkan, lama-kelamaan, sangat mungkin orang itu akan menyerah. Menyerah pada situasi dan kondisi yang dialaminya. Ia akan kehilangan gairah hidup. Hidupnya kehilangan makna.

Namun, ada banyak teladan orang-orang yang mengalami masalah atau penderita tetapi mereka tidak menyerah. Contohnya, Yusuf– anak Yakub – (Kej. 37:12-36) tokoh dalam perjanjian lama. Yusuf mengalami ketidakadilan dari saudara-saudaranya, dari potifar, pengalaman itu tidak membuanya menyerah. Yefta mengalami penolakan oleh saudara-saudaranya, ia juga tidak menyerah (Hakim-Hakim 11:2). Ayub, mengalami kehilangan harta benda, anak-anaknya serta sakit penyakit, tetapi ia tidak menyerah (Ayub 2:7). Dan masih banyak tokoh-tokoh Alkitab yang tidak menyerah saat mengalami menderita, siksaan, kemiskinan.

Bagaimana saat kita mengalami masalah atau penderitaan, kita tidak menyerah? Belajar dari tokoh Yusuf, ia tidak menyerah atas ketidakadilan yang dialaminya, karena ia tahu bahwa dibalik semua itu ada rencana Tuhan yang indah. Reka-rekaan yang jahat atas hidupnya, kemudian Allah mereka-rekaannya untuk kebaikan (Kej. 50:20). Belajar dari tokoh Yefta, ia tidak menyerah atas penolakan yang dialaminya karena ia tahu bahwa potensi memimpin tidak dapat dihambat oleh besarnya penolakan (Hak. 11:1, 9). Belajar dari tokoh Ayub, kehilangan dan sakit yang dideritanya tidak membuatnya menyerah, karena ia tahu bahwa jika Tuhan yang memberi, maka Tuhan yang berhak mengambilnya.Tidak ada satupun yang dapat menghambat apa yang Tuhan perbuat (Ayub 1:21). Dan Ayub yakin bahwa Tuhan tidak mungkin melakukan sesuatu yang tidak patut pada mereka yang taat pada-Nya (Ayub 1:22). Jangan menyerah, sebab pencobaan yang kita alami tidak melampaui kekuatan kita (2 Kor. 10:13). Dalam Kristus kita yang lemah menjadi kuat (2 Kor.12:10)

“Jika penderitaan datang menyerang, jangan menyerah, jangan terserah, tetapi berserah kepada Kristus itu kekuatan kita”