Menikmati Hidup

07
Dec

Menikmati Hidup

Pengkhotbah 6:1-2
Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia: orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatupun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit.

Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. Ia bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku. Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. Sesudah itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang, tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah, minumlah dan bersenang-senanglah! Tetapi firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan, untuk siapakah itu nanti?

Perumpaan ini mengingatkan kita kembali betapa pentingnya kita menyadari bahwa kita perlu berjaga-jaga terhadap kehidupan kita. Terkadang kita menaruh pengharapan dan kepercayaan kita kepada hal yang keliru, misalnya kita menaruh kepercayaan kepada harta yang kita punyai. Dimana meskipun sudah kaya, tapi kita tetap merasa ingin lebih kaya dan lebih kaya lagi supaya kita merasa lebih aman dan akhirnya kita menjadi tamak. Ketamakan akan membuat kita tidak akan pernah puas terhadap apa yang telah dicapai. Tetapi apakah dengan banyaknya harta kekayaan yang kita punyai, akan membuat kita bisa menikmati hidup?
Tentu tidak, apalah gunanya kita mempunyai seluruh kehidupan ini tetapi jika Tuhan tidak mengijinkan kita menikmatinya, semuanya hanya akan sia-sia saja. Penulis kitab Pengkhotbah yang adalah Raja Salomo, kembali mengingatkan tentang betapa pentingnya kita sadar, bahwa karunia untuk menikmati hidup itu berasal dari Allah. Jika hidup kita hanya berpusat pada diri sendiri maka tentulah kita tidak akan pernah merasa puas. Karena orang yang berpusat pada diri sendiri, tentu keinginannya ingin terus dipenuhi. Namun apakah mungkin kita bisa memuaskan keinginan diri sendiri? Tentu tidak. Karena itu kita perlu kembali melihat betapa pentingnya hidup ini diarahkan kepada sang Pencipta.

Apalah gunanya makanan, jika kita tidak mempunyai hidup? apalah gunanya sebuah keluarga, jika tidak ada relasi yang indah di dalamnya? apalah gunanya sebuah ranjang yang begitu empuk, namun kita tidak punya damai? semuanya yang kita harapkan itu hanya bisa kita peroleh saat kita belajar mengfokuskan diri kepada Tuhan. Dan ketika hidup kita berpusat pada Tuhan, maka standard dan arah tujuan kita akan sejalan dengan apa yang Tuhan inginkan. Dan karena itulah kita akan memperoleh karunia untuk menikmati hidup. Menikmati hidup artinya kita belajar melihat apa yang Tuhan inginkan dalam setiap aspek kehidupan kita. Sebagai anak Tuhan kita dipanggil Tuhan untuk menjadi murid Kristus, yang belajar menikmati setiap proses kehidupan yang kita jalani.

Karunia menikmati hidup adalah kuasa untuk menikmati setiap momentum dalam hidup kita.