BATU SANDUNGAN

29
Mar

BATU SANDUNGAN

Saat terjatuh karena sebuah batu, maka ada 2 kemungkinan yang terjadi, yaitu: itu sebuah kecelakaan atau itu sebuah kesengajaan.

Di dalam kehidupan sebagai anak Tuhan, seringkali kita harus akui bahwa kedalaman iman setiap orang percaya belum tentu sama. Ada yang masih lemah dan ada yang sudah kuat imannya. Iman seseorang akan terus bertumbuh seiring sejauh mana dia belajar dan mengaplikasikan firman Tuhan. Termasuk dalam membimbing saudara seiman yang masih lemah imannya.

Seringkali kita temukan bahwa banyak orang yang kuat imannya cendrung menghina atau dengan sengaja mengabaikan apa yang menjadi keberatan atau perhatian dari orang yang lemah imannya. Misalnya dalam kasus di Jemaat di Korintus terjadi perdebatan apakah boleh makan makanan berhala atau tidak? yang kuat imannya mengatakan boleh karena semua ilah mati, sedangkan Allah yang hidup. Sementara bagi yang lemah imannya, menganggap ketika mempersembahkan makanan kepada ilah lain akan menjadi makanan berhala dan tidak boleh makan demi kekudusan mereka.

Disini Paulus kembali mengajarkan pentingnya orang yang kuat imannya menyadari bahwa mereka bisa benar dan bebas melakukannya, tetapi jangan sampai tidak peduli dengan keberatan yang ada. Jangan membuat orang yang masih lemah imannya menjadi makin tersisihkan dan terabaikan karena pemahaman mereka yang masih belum dalam. Tetapi gunakan kebebasan sebagai anak Tuhan untuk peduli terhadap mereka, membimbing mereka untuk lebih dalam mengenal tanpa mencemooh pemikiran mereka, agar mereka juga dapat punya kesempatan untuk makin dalam imannya kepada Tuhan.

Kita perlu rendah hati untuk tidak menjadi batu sandungan, tetapi menjadi batu penolong bagi mereka yang lemah iman.

1 Korintus 8:13 Karena itu apabila makan menjadi batu sandungan bagi saudaraku, aku untuk selama-lamanya tidak akan mau makan daging lagi, supaya aku jangan menjadi batu sandungan bagi saudaraku.