MEMBUKA KEMBALI PINTU GEREJA

18
Feb

MEMBUKA KEMBALI PINTU GEREJA

Pdt. Anggung Istianto

“Hizkia dan seluruh rakyat bersukacita akan apa yang telah ditetapkan Allah bagi bangsa itu, karena hal itu terjadi dengan tak disangka-sangka”

( 2 Tawarikh 29:36)

 

Waktu saya membaca 2 Tawarikh 29:36, saya tertarik dengan dua kalimat.  Kalimat pertama: “akan apa yang telah ditetapkan Allah bagi bangsa itu“ dan  kalimat kedua: “terjadi dengan tak disangka-sangka.” Alkitab bahasa Inggris NIV menerjemahkan kalimat pertama dengan “Tuhan telah mewujudkan bagi bangsanya” dan kalimat kedua dengan “karena itu telah dilakukan dengan sangat cepat.” Kalau demikian, apa yang telah diwujudkan Allah untuk rakyat Yehuda dan secepat apa Allah mewujudkannya?

 

            Raja Hizkia tercatat sebagai salah satu raja kerajaan Yehuda yang melakukan apa yang benar di mata TUHAN. Salah satu tindakan Hizkia ialah membuka kembali pintu-pintu rumah TUHAN (ay.3) yang telah ditutup oleh nenek moyang mereka yang telah berubah setia, meninggalkan dan memalingkan muka dari kediaman TUHAN (ay. 6-7). Karena kejahatan nenek moyang mereka, maka TUHAN murka dan menimpakan kepada mereka berbagai masalah dan penderitaan (ay. 8-9).

 

Ibadah di rumah TUHAN adalah cara Raja Hizkia mengembalikan hati umat kepada TUHAN. Setelah rumah TUHAN itu selesai diperbaiki, maka Hizkia memerintahkan untuk mentahirkannya (ay. 15). Pekerjaan pentahiran seluruh rumah TUHAN itu memakan waktu enam belas hari saja – delapan hari pentahiran sampai ke balai rumah TUHAN, dan delapan hari seluruh rumah TUHAN (ay.17). Bagi Hizkia, semua ini bisa terjadi karena telah ditetapkan/diwujukan Allah dan terjadinya tidak disangka-sangka/sangat cepat (ay.36). Reformasi Hizkia, sebelum membuka kembali pintu-pintu rumah TUHAN bagi umat, perlu pentahiran rumah TUHAN dan pentahiran pelayan Tuhan (ay.15), agar Allah melewatkan murka-Nya.

 

            Bukankah karena Covid-19 telah memaksa hampir seluruh gereja harus menutup pintu gereja? Bisa jadi, pandemi Covid-19 ini  adalah cara Tuhan menutup pintu-pintu gereja. Kalau benar demikian, maka betapa pentingnya gereja mengevaluasi diri. Apakah ada praktik-praktik duniawi dalam mengelola gereja dan hidup bergereja? Dan setiap pelayan/jemaat perlu mengevaluasi hidup, apakah ada praktik hidup kotor, najis dan dosa saat menjalani hidup dan saat melayani Tuhan?

 

Sebelum membuka kembali pintu gereja, kita perlu memperbaiki cara mengelola dan hidup bergereja dan mentahirkan diri kita masing-masing sebagai pelayan Tuhan. Tuhan bisa mewujudkan dan mempercepat pembukaan pintu gereja bila gereja kembali kepada aktivitas, ibadah, dan hidup umat yang menyenangkan hati Tuhan.

 

Renungkan ini Markus 11:17:

“Bukankah ada tertulis: Rumah-Ku akan disebut rumah doa bagi bangsa-bangsa? Tetapi kamu ini telah menjadikannya sarang penyamun!”

Leave a Comment