MENYEDIAKAN PENGALAMAN PENTING

18
Feb

MENYEDIAKAN PENGALAMAN PENTING

Pdt. Anggung Istianto

“Tetapi banyak di antara para iman, orang-orang Lewi dan kepala-kepala kaum keluarga, orang-orang tua yang pernah melihat rumah yang dahulu, menangis dengan suara nyaring, ketika perletakan dasar rumah ini dilakukan di depan mata mereka, sedang banyak orang bersorak-sorai dengan suara nyaring karena kegirangan”

Ezra 3:12

 

Suatu sore Polisi lalulintas menghampiri seorang ibu yang menangis tersedu-sedu di sekitar kecelakaan tabrakan motor. Dengan tenang polisi bertanya, “Apakah korban kecelakaan itu adalah anak ibu?”“Bukan Pak polisi,” jawab si ibu.  “Lalu kenapa ibu menangis seperti ini?” “Saya teringat beberapa tahun lalu anak saya kecelakan motor seperti ini,Pak.” Sambil menghibur si ibu, pak polisi berkata”“oke, sudah Bu, jangan terlalu lama menangisnya.”

 

            Setiap orang memiliki respon yang berbeda-beda atas suatu peristiwa yang disaksikan. Ada yang berespon biasa-biasa saja, namun ada yang “berlebihan.” Mungkin ini disebabkan ada kenangan tersediri dari peristiwa semacam itu. Seperti ayat di atas, bagaimana mereka yang pernah melihat rumah yang terdahulu menangis dengan suara nyaring, ketika perletakan dasar rumah – Bait Suci TUHAN (Ezra 3:10) – dilakukan di depan mata mereka. Sementara banyak orang bersorak sorai dengan suara nyaring karena kegirangan.

 

Mengapa respon kelompok orang yang pernah menyaksikan  Bait Suci TUHAN terdahulu menangis dengan suara nyaring?

 

Menurut pendapat saya ada beberapa alasan.  Pertama, terharu karena mengenang Bait Suci Tuhan yang terdahulu yang sudah di runtuhkan. Kedua, terharu karena diberi kesempatan melihat sekali lagi perletakan dasar Bait Suci Tuhan. Ketiga, terharu karena itu artinya mereka bisa kembali beribadah dalam Bait Suci Tuhan. Keempat, terharu karena TUHAN – Bait Suci TUHAN itu tanda kehadiran TUHAN – kembali ada ditengah-tengah mereka. 

 

            Kisah Ezra di atas sebagai pengingat, betapa perlunya memberikan pengalaman positif kepada generasi berikutnya. Misalnya sebagai orang tua, perlu menyediakan pengalaman positif antara lain: beriman, pergi dan berada di rumah Tuhan, terlibat dalam pelayanan Tuhan, terlibat memberi untuk pembangunan rumah Tuhan, dan lainnya. Pengalaman-pengalaman bersama Tuhan seperti ini akan membawa mereka setia dalam iman dan berjuang untuk menghormati Tuhan. Juga akan memberi mereka kekuatan saat menghadapi berbagai tantangan hidup. Sebaliknya, bila generasi berikutnya banyak mengalami pengalaman-pengalaman negatif maka mereka bisa menjadi pecundang (penghasut, penipu, yang kalah, yang dikalahkan). Mereka bisa menjadi pembuat masalah di rumah, gereja dan masyarakat.

 

Mari kita berjuang memberi dan menyediakan pengalaman bersama Tuhan buat anak-anak kita, sehingga mereka bisa memberi respon positif setiap pengalaman hidup yang mereka alami.

Leave a Comment