Dari Preman Menjadi Pahlawan Iman

24
Mar

Dari Preman Menjadi Pahlawan Iman

Ev. Ronny Budiman
Hakim-hakim 9-12
24 Maret 2021
Yefta (Hak. 11:1-11)

Siapa yang tidak pernah alami penolakan? Dalam perjalanan hidupnya, Nelson Mandela pernah ditolak, bahkan sampai dipenjara. Namun, tidak selamanya awan gelap melingkupi Mandela. Pada akhirnya, Mandela diterima sebagai presiden kulit hitam pertama di Afrika Selatan. Demikian pula dalam perjalanan hidup setiap orang, memang terkadang muncul masa-masa gelap, tapi selalu ada waktunya awan gelap itu berlalu.

Kalau kita baca Hakim-hakim 11, Yefta adalah pribadi yang tertolak di tengah keluarga. Masyarakat tidak menerima dia, karena ia lahir dari seorang perempuan sundal (11:1). Selain dianggap tidak berharga, Ia juga tidak berhak memperoleh warisan dari ayahnya (11:2c).
Seolah-olah, semua orang memandangnya sinis dan berkata: “Enyah saja kau!” Bagi Yefta, peristiwa pengusiran itu tentu sangat menyakitkan dan menimbulkan luka yang dalam.
Yefta kehilangan pengharapan dan mengalami kekecewaan karena penolakan.

Yefta begitu trauma dengan siapa dirinya dalam keluarga Gilead. Sayangnya, Yefta memutuskan untuk bergabung dengan komunitas para perampok di tanah Tob. Yefta “memilih” untuk menjadi “pribadi lain” yang lebih kuat, untuk sekedar menutupi jiwanya yang sebenarnya sedang rapuh. Ia berusaha membalas rasa sakit hatinya yang ia terima, dengan cara meresahkan keadaan masyarakat di sekitarnya. Yefta melakukan pelarian diri yang salah.

Tapi lihatah betapa besarnya kasih penerimaan dari TUHAN. Tuhan memakai Yefta menjadi hakim atas Israel yang sudah 18 tahun dikuasai oleh bani Amon.
Rancangan Tuhan dan pilihan Tuhan terkadang bisa sangat mengejutkan.
Melalui kisah hidup Yefta, kita dapat melihat bahwa:
Kedaulatan dan keputusan Tuhan tidak bisa disetir berdasarkan garis keturunan.
Rancangan Tuhan itu lebih besar daripada apa yang dapat kita bayangkan. Siapakah yang menyangka bahwa pemimpin Gilead lahir dari seorang perempuan sundal?
Melalui tangan kedaulatan Tuhan,hidup Yefta berubah dari seorang preman menjadi seorang pahlawan iman.

Dari ayat ke-11 kita mengetahui bahwa iman Yefta sudah beres dan ia sudah bertobat. Arti sebenarnya “membawa seluruh perkaranya” adalah mencurahkan isi hatinya, merenungkan dan mengingat-ngingat apa yang terjadi di masa lalu. Yefta yang arti namanya “Yahweh membuka/ memberi kelepasan dan kebebasan” menumpahkan “borok-borok lukanya” dalam persekutuannya dengan Tuhan.
Meskipun hati manusia tertutup bahkan menolak kehadirannya;Yefta tahu bahwa tangan Allah selalu terbuka untuk menerimanya.

David A. Seamands, dalam bukunya Pemulihan Luka Batin, menuliskan:
“Tiada penderitaan sebesar dan sedalam apa pun,
termasuk kebencian serta kemarahan jiwa Anda yang Anda bagikan,
yang Allah tidak mendengarkannya.
Tiada apa pun yang Anda serahkan pada-Nya yang tidak Dia mengerti.
Dia akan menerima Anda dengan kasih dan anugerah.”

Percakapan Yefta dengan tua-tua Gilead menunjukkan bahwa di sana tidak ada kemarahan, dendam, dan upaya untuk membesar-besarkan masalah. Inilah salah satu dampak pemulihan Allah atas hidup Yefta:
Kita hidup bukan dengan dosa dan kepahitan masa lalu;tetapi dengan pimpinan Tuhan yang memberikan masa depan.
Pengusiran yang dialami Yefta tidak membuatnya menjauh dari Allah! Yefta bangkit; Yefta mencari Allah. Bahkan, penulis Ibrani menempatkan Yefta sebagai salah seorang pahlawan iman (Ibr. 11:32).

Saudaraku, di dalam perjalanan hidup kita, mungkin kita pernah mengalami penolakan demi penolakan. Tetapi, tetaplah memiliki pengharapan di dalam Tuhan. Biarkan tangan kasih Tuhan memulihkan hidupmu dan hidupku. Di dalam Tuhan, selalu ada pemulihan status dan pengharapan yang baru. Selamat mengalami indahnya pemulihan di dalam Tuhan!

Leave a Comment