Buat Orang Lain Punya Pengalaman Dikasihi

18
Feb

Buat Orang Lain Punya Pengalaman Dikasihi

Kita perlu membuat orang lain mempunyai pengalaman ditolongan, diperhatikan dan dikasihi, sehingga ia bisa merasa betapa bahagianya hidup yang dikasihi itu. Sebab ada banyak orang-orang yang hidupnya pahit dan telah dipahitkan oleh orang lain, sehingga hidupnya jauh dari yang namanya kebahagiaan.
Dr. Karl Menninger dalam bukunya “The Vital Balance” (Keseimbangan yang Vital) membicarakan apa yang ia sebut “negative personality (kepribadian yang negatif)” yaitu jenis kepribadian yang mengatakan “tidak” kepada hampir semua hal, termasuk tidak mengizinkan diri sendiri untuk merasakan kebahagiaan, termasuk dalam hal memberi. Orang-orang seperti ini, hidup dalam kekakuan, hidup dalam kepahitan, kegelisahan, dan tidak bahagia.

Daud dalam bacaan kita 2 Samuel 9:1, Daud berkata: “Masih adakah orang yang tinggal dari keluarga Saul? Maka aku akan menunjukkan kasihku kepadanya oleh karena Yonatan.” Kalau saudara adalah salah satu dari keluarga Saul, beranikah saudara mengacungkan tangan dan berkata, saya anak Saul atau saya cucu Saul? Saya berpikir, kalaupun ada, tidak ada yang berani mengacungkan tangannya. Kenapa? Karena kita tahu berkali-kali Saul ingin membunuh Daud. Dan bisa jadi ini adalah cara Daud ingin membalas semua kejahatan yang pernah dibuat Saul atas dirinya.

Dalam kasus ini, Daud tidak sejahat pikiran saya. Tetapi Daud sungguh-sungguh ingin menunjukkan kasihnya kepada anggota keluarga Saul, karena Yonatan. Sekali lagi, Daud ingin menunjukkan kasihnya bukan karena Saul, melainkan karena Yonatan. Mengapa Daud begitu bersikeras ingin menyatakan kasihnya kepada keluarga Saul karena Yonatan? Ternyata Daud pernah mendapatkan kasih dan pertolongan dari Yonatan, saat Saul berusaha membunuh Daud (1 Sam. 20:8-9). Pada ayat 13, Daud tersentuh hatinya karena Yonatan menunjukkan kasihnya yang besar, dengan merelakan hidupnya dihukum oleh Tuhan bila Yonatan tidak menolong Daud.

Masih ada satu alasan lain, yang juga tidak kalah pentingnya, adalah Daud telah mengalami kasih Tuhan yang begitu besar pada masa lalu, ketika ia masih di rumah ayahnya. Masa sekarang ketika ia menjadi raja menggantikan Saul. Dan masa akan datang kasih TUHAN juga akan dinyatakan kepada keluarga dan kepada keturunan-keturunannya yang akan datang (2 Sam. 7:18-19). Pengalaman dikasihi oleh TUHAN, mendorong Daud menyalurkan kasih dari Tuhan (ayat 3). Bagi Daud, mengasihi adalah hal yang penting dan memiliki pengaruh yang besar. Ini menjadi pengalaman yang berati dan berkesan bagi Daud.

Jika ada orang yang sepanjang hidupnya tidak punya pengalaman ditolong orang lain, tidak punya pengalaman bagaimana rasanya dikasihi dari orang, tentu kita tidak bisa berharap banyak ia bisa punya hati menolong dan mengasihi orang lain. Sebaliknya, kalau ada orang yang sering menikmati pertolongan dan kasih dari orang lain, namun ia enggan menolong dan mengasihi, maka orang seperti ini, orang yang telah kehilangan persaan kasihnya. Dan tentu harapannnya, dengan pengalaman dikasihi itu, suatu saat nanti ia juga terdorong untuk menyatakan kasih kepada orang-orang yang membutuhkan. Orang yang pernah ditolong dan pernah dikasihi akan tahu arti menolong dan mengasihi dan tahu pentingnya menolong dan mengasihi.

Apakah saudara yang pernah merasakan perbuatan baik atau kasih dari orang lain? Seberapa besar pengaruhnya buat hidup saudara? Kasih yang Tuhan berikan kepada kita dan kasih yang dinyatakan oleh sesama kita, seharusnya menjadi satu pengalaman buat kita betapa dikasihi itu merupakan satu pengalaman yang membahagiakan. Dan tentunya itu juga yang memotivasi dan memampukan kita untuk menyatakan kasih kepada orang yang membutuhkannya. Mungkin kita berpikir, nanti kalau kita sudah mampu dan berkemampuan untuk melakukan sesuatu yang besar, barulah kita menyatakan kasih kita. Bisa jadi, saat kita mampu, kasih kita sudah tidak berfaedah lagi. Atau bisa jadi, kita sudah tidak diberi kesempatan lagi. Soli Deo Gloria

“Buatlah orang lain mengalami kasih, maka ia akan tahu betapa nikmatnya berbagi kasih itu”