Natal Yang Terlupakan

16
Dec

Natal Yang Terlupakan

Lukas 2:7
“dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan.”

Sepasang suami istri mengadakan upacara pembaptisan bayi di rumah mereka yang megah. Ratusan tamu diundang untuk menghadiri upacara tersebut. Saat itu musim dingin, para tamu datang dengan mantel-mantel yang elegan. Seperti biasa, setelah masuk ke rumah, mereka menggantungkan mantel-mantelnya di tempat yang disediakan. Para tamu dihibur secara meriah.

Akhirnya tiba waktunya puncak acara, yaitu upacara pembaptisan bayi. Namun dimanakah bayi itu? Tidak ada seorang tamu pun yang tahu. Pengasuh bayi itu segera berlari ke box tempat tidur bayi dan dia kembali dengan panik dan menangis: “Bayi itu sudah tidak bernapas.” Ternyata box bayi diletakkan di bawah gantungan mantel. Tamu-tamu yang datang belakangan menyangka itu tempat mantel dan meletakkan mantel-mantel mereka di sana, karena beberapa mantel yang tergantung jatuh ke box tersebut dan menutupi sang bayi. Bayi itu tidur dan tersembunyi di balik tumpukan mantel para tamu. Obyek perayaan itu, sang bayi, telah terlupakan, terabaikan dan tersembunyi.

Desember adalah bulan yang paling sibuk di gereja. Ya, gereja-gereja mempersiapkan Natal. Tapi hati-hati, kesibukan seringkali menukar, bahkan merebut arti Natal yang sesungguhnya, sehingga Yesus, Sang Tokoh Natal yang sebenarnya, menjadi terlupakan. Dia tidak mendapatkan tempat di dalam hati kita, seperti saat kelahiran-Nya.

Tentu doa kita adalah Natal yang kita rayakan tiap tahun mengingatkan kita tentang betapa besar kasih karunia Allah yang mengaruniakan Anak-Nya untuk menyelamatkan kita orang berdosa. Kesibukan dan persiapan Natal yang melelahkan seharusnya tidak membuat kita mengabaikan arti Natal yang sesungguhnya. Natal yang penuh dengan ikon-ikon dan hiasan Natal yang meriah, ditambah dengan suasana menyambut tutup tahun, seharusnya tidak membuat kita mengalihkan fokus dari Tokoh Natal yang sebenarnya.

Mari renungkan pemberian terbesar yang telah diberikan Allah kepada kita! Betapa Allah mengasihi kita. Selamat menyambut Natal!